Hello Happy World
Lets Share Together - Our Smile Help Them

Minggu, 23 Desember 2012

Pengabdi Negeri Tercinta

Oleh:
Adil Mahfudz Firdaus

     Tanpa kenal lelah, tanpa kenal susah, mereka selalu larut dalam haru ketika melihat dan mendengar kesusahan dan kesedihan, pada saatnya mereka selalu tersenyum dan bahagia ketika melihat dan mendengar kegembiraan. Tanpa mengenal bayaran atau upah, bahkan mereka selalu berkorban entah itu uang dari kantong mereka atau waktu dan tenaga. Mereka itu adalah pengabdi negeri tercinta ini, Republik Indonesia. Kecintaan terhadap Bangsa dan Negeri ini melebihi kecintaan terhadap diri mereka sendiri, itulah dia seorang Pengabdi.

 
sumber : google.co.id

     Kesenjangan sosial yang terlihat dimasyarakat, ketidakmerataan tingkat ekonomi pada lapisan masyarakat. Hal tersebut membuat gerah hati seorang pengabdi untuk bergerak. Betapapun dia tak punya uang untuk berbagi, betapapun dia tak punya tenaga untuk bergerak sampai jauh diujung negeri, dia selalu mencoba dan berusaha untuk selalu menciptakan senyuman disisi-sisi negeri. Memang negeri yang madani sulit dicapai hanya dengan satu orang pengabdi, akan tetapi percaya mereka pengabdi ada disetiap sudut dan pusat negeri ini. Manusia tercipta untuk hidup secara sosial membutuhkan bantuan sesamanya untuk memenuhi kebutuhan bersama bahkan untuk kepentingan pribadi.
     Mereka pengabdi negeri, yang selalu setia terhadap negeri tercinta ini. Demi terhapusnya kesenjangan sosial dan meningkatkan kecerdasan anak bangsa, mereka selalu setia mencari setitik harapan agar harapan mereka terpenuhi. Sepotong tulisan ini memang bukan apa-apa dibandingkan pengabdian mereka, akan tetapi ingin rasanya untuk menggugah hati kami dan kamu untuk menjadi seorang pengabdi. Mereka masyarakat, anak-anak generasi penerus bangsa masih membutuhkan kita yang telah berjalan terlebih dahulu, menginjak tanah air ini. Pendidikan, kesehatan, inovasi teknologi, pengembangan usaha mikro, dan hal lainnya, bangsa ini masih membutuhkannya.
     Tulisan ini memang tidak sedalam lirik “Untuk Para Pengabdi”, akan tetapi itulah harapan kami. Semoga Lumaku Foundation tetap bisa mengabdikan dirinya kepada negeri tercinta ini, walaupun tak banyak yang kami bisa lakukan untuk negeri ini. Artikel ini terinspirasi dari lirik dan lagu “Untuk Para Pengabdi” Iwan Fals, terimakasih bang Iwan.

Untuk Para Pengabdi
By: Iwan Fals

Kesetiaan masih ada
Setidaknya menjadi cita cita
Itu sebabnya aku disini
Menemanimu

Siang malam kuberjaga
Di relung hatimu di dalam benakmu
Di setiap langkahmu
Mudah mudahan begitu

Silahkan engkau tertawa
Sepuas hatimu
Ku takkan pernah berpaling
Karena hinaan itu

Bahagia rasanya
Lihat engkau bahagia
Berduka rasanya
Kalau engkau berduka

Untuk pengabdi lagu para pengabdi
Di puncak gunung di tengah tengah samudera
Di dalam rimba di kebingungan desa dan kota

Untuk pengabdi lagu para pengabdi
Di puncak gunung di tengah tengah samudera
Di dalam rimba di kebingungan desa dan kota

Kan ku temani kau
Kan ku temani kau

Rabu, 05 Desember 2012

Kebersamaan Untuk Bersama Membangun Bangsa


Bogor, 05 Desember 2012

Oleh :
Adil Mahfudz Firdaus

            Lunturnya semangat kebersamaan yang digantikan dengan semangat individualisme, telah membuat kemerosotan nilai-nilai moral bangsa. Kepedulian terhadap sesama menjadi tiada, semua kembali kepada kepentingan individu. Kapitalisme memang dianut oleh negara ini, akan tetapi apakah prinsip-prinsip ketimuran yang dianut bangsa juga harus terpengaruh. Pemerintah Indonesia berbangga dengan pertumbuhan ekonomi negara, akan tetapi kami bersedih dengan tingkat ketimpangan sosial ekonomi yang semakin menjurang. Kami pun hanya sanggup berbagi cerita kesedihan terhadap bangsa di warung-warung kopi dan berharap para pemegang kekuasaan melirik mendengar suara warung kopi kami. Itu memang harapan kami sebagai warga negara yang dilindungi atas undang-undang kewarganegaraan, antara lain undang-undang nomor 62 tahun 1958 dan diperbaharui dengan undang-undang tahun 12 tahun 2006.

“Realitas itu tergambar dari koefisien Gini atau indikator kesenjangan pendapatan yang memburuk. Pada 2011, indeks Gini negara kita mencapai 0,41. Angka tersebut merupakan yang tertinggi, setidaknya sejak 1999. Ini berarti ketimpangan pendapatan semakin lebar. Selama 1999-2010, indeks Gini Indonesia berkisar pada angka 0,32-0,37.” Kutipan dari tempo.co terbit selasa, 18 September 2012 “Kesenjangan yang Melebar.”

Sumber : Bappenas/Kementerian PPN
Gambar 1. Gini Rasio (Ketimpangan di Indonesia)

            Data berdasarkan Gambar 1 dan kutipan dari tempo.co memperlihatkan kenyataan yang ada di Indonesia saat ini. Undang-undang kewarganegaraan ataupun undang-undang yang menjamin warga negaranya hidup dengan layak pun hanya sekedar kalimat yang terbubuh kedalam tulisan dan buku saja. Kala harapan itu muncul, ketika itu dia berlalu dengan cepat. Ungkapan ini berlandas pada janji-janji yang dilontarkan ketika mereka berkampanye pada saat pemilihan. Memang mereka bertindak dan bergerak untuk kami saat ini, tapi kami merasa ada sesuatu kekuasaan yang menghalangi niat mereka ketika mereka terpilih..sehingga janji-janji mereka tidak terwujud nyata. Oleh karena itu, kita harus bergerak dan bertindak sendiri, jangan menyandarkan penuh suatu keadilan pada pemegang kekuasaan. Mereka terlalu sibuk dengan urusan kenegaraan dan juga urusan kelompok atau pribadi mereka. Jadi siapapun kamu, dihargai ataupun tidak dilingkungan kamu..kamu tetap dibutuhkan. Tindakan sekecil apapun, sekedar membawakan cangkir berisi air teh hangat pada saat rapat koordinasi pembangunan jembatan desa, tindakan kamu luar biasa. “Mana mungkin dia mau melakukannya dengan ikhlas.”
 Sumber : Bappenas/Kementerian PPN
Gambar 2. Penduduk dibawah garis kemiskinan di Indonesia

            Suatu hal yang menggembirakan memang ketika kita melihat Gambar 2. dimana jumlah penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan turun dari tahun ke tahun. Akan tetapi kita tetap harus mempertimbangkan indokator-indikator lain, melihat faktor-faktor lain, setidaknya dilingkungan sekitar kita, permasalahan kemiskinan sebanyak 30 juta orang (tahun 2011) masih harus kita atasi. Oleh karena itu, kami masih membutuhkan ide-ide cemerlang, semangat kebersamaan, dan keberanian kebenaran untuk membantu sesama kita. Bukan dana, tetapi tindakan dan hati. Awali dari tindakan besar ataupun kecil, dari warung kopi ataupun cafe..hanya untuk melihat senyuman di wajah mereka. Saat ini mungkin hal kecil yang bisa kami berikan, tetapi kami berharap hal kecil tersebut dapat memberikan semangat kepada mereka yang membutuhkan untuk kembali berkarya dan semangat kepada mereka yang berlebih untuk bersama saling berbagi. Semoga bangsa Indonesia yang kita cintai menjadi bangsa yang bermoralkan kepedulian terhadap sesama dan tidak lupa kepedulian terhadap lingkungan (air, udara, tanah, tumbuhan, hewan, dan sumberdaya lainnya) yang ada disekitar kita, sehingga Indonesia bisa menjadi negara maju yang memiliki jati diri. Salam hangat untuk ibu pertiwi, janganlah engkau bersedih wahai ibu pertiwi..karena jiwa dan raga kami masih ada untuk engkau Ibunda.
Salam Lumaku Foundation
Adil M. Firdaus

Catatan :  Koefisien Gini adalah ukuran yang dikembangkan oleh statistikus Italia, Corrado Gini, dan dipublikasikan pada tahun 1912 dalam karyanya, Variabilità e mutabilità. Koefisien ini biasanya digunakan untuk mengukur kesenjangan pendapatan dan kekayaan. (Wikipedia, 2012).


Daftar Pustaka
Bappenas/Kementerian PPN. http://dashboard.bappenas.go.id/view/penduduk-di-bawah-garis-kemiskinan-dan-indeks-gini.

Tempo.co. http://www.tempo.co/read/opiniKT/2012/09/19/1932/Kesenjangan-yang-Melebar.

Wikipedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Koefisien_Gini.